Senin, 27 Mei 2013

Kemah di Waduk Sermo

   

    Dahulu saat aku masih duduk di bangku smp dimana tubuhku masih terbalut dengan si putih-biru, aku bertemu dan bercengkrama dengan Waduk Sermo dengan kurung waktu yang singkat juga, disana ditempat yang sama berjarak waktu dua tahun akhirnya aku bisa bercengkrama dengan Waduk Sermo lagi.

    Saat MANSA mengadakan Mahabakti ke Waduk Sermo, dan saat akan pemberangkatan keadaanku berbeda dengan yang lain, aku lebih berpengalaman ditempat ini. Yang menurutku itu sedikit menguntungkan bagiku. Tapi ternyata benar, saat perjalanan teman-temanku se-truk ada yang mabuk dijalan, tetapi aku tidak.
 
    Sesampainya dilapangan didaerah Waduk Sermo, kami semua diturunkan dan diistirahatkan sebentar disana, setelah bendera ambalan sampai dilapangan perjalanan pun dimulai, aku sebagai komja “komandan jalan” bersama Iqbal dan satu temanku dari kelas C. Panitia yang tidak bertugas dilapangan berjalan menuju pos masing-masing danmenjalankan tugas seperti yang diperintahkan oleh pemangku adat, saat komja sudah sampai dipos satu peserta mulai diberangkatkan satupersatu.
 
    Dan mulailah suatu yang dinamakan perjalanan bakti, perjalanan ini adalah suatu syarat untuk PTA “Penerimaan Tamu Ambalan” yang selalu dilakukan kepada murid-murid kelas X diMANSA.Jalan yang berkelok-kelok, naik turun, dan ditemani oleh pemandangan yang indah yang membuat rasa lelah sedikit berkurang karnanya, sesampainya di waduk yang dijadikan pos dua aku pun beristirahat.  

“masih jauh nggak e?” tanyaku ke kak Naufal,
“oh, enggak kok kira-kira stengah perjalanan lagi.” Jawab kak Naufal,
 “berarti masih lah mas, kita kan tadi udah jauh jalannya.” Sautku,
 “yaah segitulaah.” Kata kak Naufal.
 
    Perjalanan pun berlanjut dengan ditemani oleh penjaga pos tiga yang dipimpin oleh Miqdam, sebelum pos tiga, ada tiga anak berbaju SMA menyindir “salam pramuka!!” kami pun sebagai anak pramuka menjawabnya “SALAM” tetapi kami tidak menghiraukannya dan terus melanjutkan perjalanan, Miqdam dan teman-teman berhenti di pos tiga, tetapi aku sebagai komja terus melanjutkan perjalanan hingga ke Buper Waduk Sermo.
 
    Saat tiba di Waduk Sermo, aku dan komja yang lain beristirahat sebentar dan meminum air putih yang diambilkan Iqbal dari ruang sekretariat. Saat tegukan pertama, terasa seperti diterbangkan ke angkasa bersama bidadari dari langit ke-tujuh, tetapi saat tegukan kedua, terasa seperti kambing yang diberi air, airnya berasa seperti bercampur dengan potongan-potongan rumput yang sudah dikeringkan dan disaring menjadi sari rumput. Menunggu, Istirahat, Minum, itulah yang kulakukan bersama komja yang lainnya sambil menunggu teman-teman yang lain sampai di Bumper.

    Tiba saatnya mereka semua sampai di Bumper, setelah registrasi dilakukan, mereka mengambil barangnya masing-masing, aku kembali ke kelompokku dan membantu untuk mengumpulkan barang-barang kelompok, saat semua barang terkumpul, kami hanya tinggal menunggu Miqdam sebagai ketua yang sedang bertugas di pos tiga dan Uli yang ikut bersama teman-teman yang sakit dibus, tapi teman-teman juga ada yang tidak tahu Miqdam dan Uli dimana.
 
“eh, mana Uli sama Miqdam dimana?” Tanya Egi kepada Faza yang sedang membereskan barang-barang,
“nggak tau tuh, tanya aja sama Rama!” sahut Faza.
“Biarin ajalah nanti pasti juga kesini,” tambah Egi.
    Semua kelompok mulai membuat tendanya masing-masing, saat tengah-tengah pembuatan tenda, Uli pun datang, ia langsung disambut dengan suruhan dari Shidqan.
 
“sana ambil barang-barangmu, semua udah di ambil looh, tinggal punyamu sama punya Miqdam doang.” Kata Shidqan sambil memegangi tongkat penyangga tenda yang berdiri tegak dan masih menantang langit,
“siap pak, akan saya ambil dengan senang hati.” Jawab Uli dengan sedikit bercanda.
 
    Tidak lama kemudian Miqdam pun datang, walaupun dia terlambat, dia lansung menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dikelompok ini, tetapi mungkin ada yang tidak memahami keadaan dan tugas Miqdam yang akhirnya menyebabkan perpecahan pada kelompok ini.
 
“Hey Dam,kamu dari mana aja, yang lain udah dateng daritadi kamu, malah baru datang, sana ambil barangmu! Ini pada nggak tau barangmu yang mana.” Kata Deyo kepada Miqdam dengan tetap menghargai Miqdam sebagai ketua kelompok yang akan memimpin sampai Mahabhakti ini selesai.
“Oh, masih di atas ya? Oke-oke aku ambil, maaf ya baru dateng, nanti aku bantu deh, skarang di selesaiin dulu itu tendanya, aku nanti mbantu pekerjaan lainnya, oke?” jawab Miqdam dengan santai nya.
 
    Teman-teman pun meneruskan membuat tenda nya, walau bersusah, tetai akhirnya pun juga menjadi tenda yang bagus, “walaupun tidak sempurna”. Tenda berdiri kokoh disamping lampu yang selalu menerangi kami saat malam tiba, dan juga disamping tetangga-tetangga yang ramah untuk selalu berbagi dalam susah maupun senang.
 
    Hari pertama, adalah hari dimana yang di anggap oleh teman-teman itu sangat menyebalkan dan menakutkan, karena acara utama di perkemahan ini adalah pada malam pertama itu juga. Acara ini sering disebut dengan PTA (Penerimaan Tamu Ambalan) ini pernah dilakukan kepadaku sebelumnya, saat pelantikan menjadi biro dahulu. Karena diperkemahan ini aku telah menjadi biro aku tidak mengikuti lagi acara itu, aku hanya menjadi pengawas dan pembantu Dewan Ambalan untuk melaksanakan tugasnya.
 
“Ram, ngapain aja to nanti tuh?” tanya Hanif padaku, tentang Penerimaan Tamu Ambalan itu,
“ya nanti lihat aja, asik kok pasti, tapi aku pesen jangan sampe mbuat kesalahan, nanti kamu bakalan dihukum sama sangker nya,” jawaabku sambil tersenyum karena banyak kejadian yang pasti terjadi dimalam itu. 

    Malam pun tiba, semua murid dikumpulkan di lapangan dengan barisan seperti tentara, tetapi pada tengah-tengah waktu upacara itu, ada suara yang menyeru “yang termasuk sangga khusus, keluar dari barisan sekarang!” Mereka yang termasuk pun keluar dari barisan. Mereka dibawa keepan villa Bumper.
 
    Tugasku malam itu hanya sederhana, saat teman-temanku digojlok dengan bentakan-bentakan yang menakutkan, aku hanya berputar-putar mencari kesalahan peserta PTA tersebut. Pada pergantian agenda, dengan semua mata peserta ditutup, aku mulai beraksi untuk ngerjain temen-temenku, yang pertama Faza.
 
“masih kuat?” Tanyaku ke Faza,
“masih kak,” jawab Faza. 
     Diam sejenak, aku colek Faza dengan candaan yang membuatnya takut. Tetapi tak lama kemudian aku mengaku.
 
“Faz, aku Rama.” Bisikku kepada Faza,
“wah, awas kamu Ram nanti di tenda,” ancam Faza kepada ku.
“nggak takut,” jawabku ke Faza sambil menuip kupingnya untuk sekedar bercanda.
 
    Setelah itu, semua peserta dikumpulkan untuk mengikuti renungan didepan villa. Yang menyinggung tentang orang tua, agar semua sadar dan menjadi lebih bertanggung jawab atas semua perbuatan yang akan dilakukannya kelak.
 
    Setelah renungan selesai pun peserta dibubarkan untuk istirahat dan mengikuti kegiatan di esok hari, di hari kedua hingga hari ke empat adalah hari-hari lomba, banyak lomba yang dilombakan dan banyak juga yang kelompokku raih, dari pertama, yaitu senam lebay, yang diketuai oleh Iqbal, kami meraih juara 2 yang itu pun tanpa persiapan apapun yang dikalahkan oleh tetangga sendiri, yang di pimpin oleh Labib dengan konsep ibu hamil.
 
    Masih banyak lagi juara-juara yang kita raih, seperti Bara Pintar, FKR, regu paling heboh, dll. Tetapi yang paling berkesan adalah FKR, karena kami mendapat undian yang berjudul boy band, yang membuat kami agak bingung. Untung ada Iqbal, dia membuatkan koreo yang bagus, campuran dari banyak lagu yang membuat penonton terpesona dan menghantarkan kami ke final yang dilaksanakan saat penyelenggaraan api unggun.
 
    Disaat api unggunpun sama, kita mendapat sambutan dari teman-teman, terutama dari teman sekelas kita sendiri. Hampir kelompok kita akan dikalahkan oleh kelompok Virgi, tetapi juri berkeputusan lain, kami ditunjuk sebagai juara 1 pada ajang lomba yang terbesarr di perkemahan ini.
 
    Dihari ke empat kami mendapatkan hasil-hasil dari lomba yang kita menangkan dan satu yang semua tunggu, yaitu pulang. Setelah upacara selesai dan barang-barang dimasukkan ke-truk, kita semua masuk ke-truk polisi. Dan akhirnya, kita pulang bersama-sama dengan lelah bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar